Bayi menerima banyak vaksinasi selama empat bulan pertama kehidupan mereka. Meskipun suntikan ini membuat anak-anak menangis (dan sering membuat orang tua mual), praktik tersebut hampir menghapus banyak penyakit masa kanak-kanak yang pernah dianggap mematikan.
Gambar Bjarte Rettedal / GettyTerlepas dari mitos dan kesalahpahaman tentang "bahayanya", imunisasi tetap penting untuk menjaga kesehatan anak Anda dan terhindar dari bahaya. Namun, vaksinasi dapat memiliki beberapa efek samping.
Mengetahui mana yang normal dan mana yang tidak dapat membantu Anda memutuskan kapan harus mengambil tindakan seandainya anak Anda mengalami reaksi yang merugikan.
Efek Samping Umum
Tidak jarang bayi mengalami efek samping setelah mendapat vaksinasi. Sebagian besar tidak terlalu serius dan biasanya sembuh dalam satu atau dua hari. Yang paling umum termasuk:
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan
- Sedikit demam
- Sifat lekas marah
- Menangis
Menyusui atau memberi susu botol setelah suntikan dapat membantu menenangkan bayi yang rewel.
Tanda-tanda Reaksi Serius
Meskipun jarang, reaksi alergi yang serius terhadap vaksin bayi telah diketahui terjadi. Jika tidak segera diobati, dapat menyebabkan reaksi alergi yang berpotensi mengancam jiwa yang dikenal sebagai anafilaksis.
Tanda-tanda awal anafilaksis pada bayi seringkali tidak kentara dan mudah terlewatkan. Yang paling jelas mungkin adalah batuk terus-menerus, biasanya disertai dengan tangisan dan demam ringan. Selama beberapa menit hingga beberapa jam, gejalanya dapat memburuk karena saluran udara semakin menyempit, yang menyebabkan gangguan pernapasan dan efek samping serius lainnya.
Kapan Menghubungi 911
Hubungi 911 jika bayi Anda mengalami beberapa atau semua gejala berikut setelah imunisasi:
- Batuk terus menerus
- Desah
- Sesak napas
- Demam tinggi
- Menangis terus menerus
- Pembengkakan wajah
- Gatal-gatal
- Kepucatan
- Kelemahan
- Detak jantung cepat
- Pusing atau pingsan
- Sianosis (semburat kebiruan pada kulit)
- Muntah
- Lekas marah yang ekstrim
Sebagian besar kasus anafilaksis terjadi dalam waktu delapan jam setelah disuntik, tetapi dapat terjadi secepat 30 menit. Jika tidak ditangani, anafilaksis dapat menyebabkan ketidaksadaran, kejang, syok, koma, dan bahkan kematian.
Memperkirakan Risiko
Anafilaksis dapat terjadi sebagai respons terhadap obat apa pun. Meskipun kemungkinannya mengkhawatirkan, hal itu seharusnya tidak membuat Anda menghindari vaksinasi anak Anda. Penelitian telah menunjukkan bahwa risikonya sangat rendah.
Sebuah studi tahun 2016 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) meninjau data dari Vaccine Safety Datalink dan mengkonfirmasi bahwa hanya ada 33 kasus anafilaksis dari 25.173.965 dosis vaksin yang diberikan dari Januari 2009 hingga Desember 2011.
Berdasarkan temuan mereka, para peneliti CDC menyimpulkan bahwa risiko anafilaksis yang dipicu oleh vaksin jarang terjadi pada semua kelompok umur.
Kapan Harus Menunda atau Menghindari Vaksinasi
Sebagai aturan umum, imunisasi bayi aman dan merupakan komponen penting bagi kesehatan anak Anda. Ada kondisi tertentu di mana mungkin perlu untuk melompati atau menunda pengambilan gambar, namun:
- Jika bayi mengalami demam, mereka sebaiknya tidak menerima vaksinasi sampai sembuh total. Namun, aman untuk memvaksinasi anak yang terkena flu.
- Jika bayi sebelumnya pernah mengalami respons alergi terhadap vaksin, penting untuk berkonsultasi dengan ahli alergi untuk mengidentifikasi penyebabnya. Ini dapat membantu menentukan vaksin mana yang aman atau tidak aman untuk digunakan.
Setiap bayi dengan demam atau penyakit harus dievaluasi oleh dokter sebelum menerima vaksin apapun.
Panduan Diskusi Dokter Vaksin
Dapatkan panduan cetak kami untuk janji dengan dokter Anda berikutnya untuk membantu Anda mengajukan pertanyaan yang tepat.
Unduh PDF Kirim Panduan melalui email
Kirimkan kepada diri sendiri atau orang yang Anda cintai.
DaftarPanduan Diskusi Dokter ini telah dikirim ke {{form.email}}.
Ada kesalahan. Silakan coba lagi.