David Emmite / Getty Images
Sensitivitas kafein mengacu pada seberapa besar efek kafein pada tubuh kita. Ketika orang yang memiliki kafein tinggi yang luar biasa menelan bahkan sedikit kafein, mereka mungkin mengalami gejala yang signifikan, seperti:
- Kegelisahan
- Gemetar
- Sakit kepala
- Palpitasi
- Insomnia
Jika Anda memiliki sensitivitas kafein yang tinggi, secara umum Anda harus mencoba menghindari kafein sama sekali.
Seberapa sensitif Anda terhadap kafein ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk usia dan jenis kelamin, tetapi faktor terbesar adalah genetik. Selain itu, sensitivitas kafein sangat dipengaruhi oleh penggunaan kontrasepsi oral (pil KB) dan oleh kehamilan.
Bagaimana Kafein Dimetabolisme
Kafein dengan cepat diserap dari usus ke dalam aliran darah, dan dengan mudah menembus sawar darah-otak ke otak. Selama kehamilan, ia dengan bebas melintasi plasenta.
Di otak Anda, kafein mengikat reseptor untuk neurotransmitter yang disebut adenosin, sehingga mencegah adenosin menempel padanya. Karena adenosin mengirimkan pesan ke otak bahwa sudah waktunya untuk tidur, memblokir reseptor adenosin memiliki efek membuat terjaga.
Kafein dimetabolisme di hati oleh enzim yang disebut CYP1A2, yang memecahnya menjadi bahan kimia yang disebut teofilin, paraxantin, dan teobromin. Ini kemudian diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
Waktu paruh kafein biasanya antara 4 dan 6 jam, yang biasanya merupakan berapa lama kafein memengaruhi orang.
Apa yang Mempengaruhi Sensitivitas Kafein?
Kepekaan terhadap kafein sangat ditentukan oleh aktivitas enzim CYP1A2 di hati. Semakin aktif CYP1A2, semakin kurang sensitif kita terhadap kafein.Beberapa faktor mempengaruhi aktivitas CYP1A2.
- Usia: Aktivitas CYP1A2 cenderung menurun seiring bertambahnya usia, sehingga orang tua cenderung lebih sensitif terhadap kafein.
- Jenis Kelamin: Wanita cenderung memiliki aktivitas CYP1A2 lebih rendah daripada pria.
- Penggunaan Kontrasepsi Oral dan Kehamilan: Estrogen menghambat aktivitas CYP1A2 dan sensitivitas kafein meningkat.
- Rias Genetik: Beberapa varian gen kini telah diidentifikasi yang memengaruhi aktivitas CYP1A2.
Gen dan Sensitivitas Kafein Anda
Pengujian genetik telah mengungkapkan tiga kategori umum dari sensitivitas kafein yang terkait dengan susunan genetik kita:
- Hipersensitivitas terhadap kafein: Orang-orang ini memiliki aktivitas CYP1A2 yang sangat rendah. Mereka memiliki respons yang kuat bahkan terhadap kafein dalam jumlah kecil, dan biasanya akan mengalami kegugupan dan insomnia.
- Kepekaan normal terhadap kafein: Ini adalah sebagian besar orang. Mereka dapat mengonsumsi hingga 400 mg kafein per hari tanpa efek samping yang merugikan.
- Sensitivitas Rendah terhadap Kafein: Orang-orang ini memiliki aktivitas CYP1A2 yang sangat tinggi, dan seringkali tidak mengalami efek sama sekali dari mengonsumsi kafein. Perokok sering kali mengalami peningkatan aktivitas CYP1A2.
Meskipun pengujian genetik dapat mengkategorikan tingkat sensitivitas kafein Anda, pengujian formal umumnya tidak perlu Anda ketahui — setidaknya secara umum — apakah Anda sangat sensitif terhadap kafein. Jika ya, kemungkinan tidak ada yang perlu meminta Anda untuk menguranginya.
Kehamilan dan Sensitivitas Kafein
Kehamilan secara andal meningkatkan kepekaan terhadap kafein. Waktu paruh kafein pada wanita hamil seringkali empat kali lebih lama dibandingkan wanita yang tidak hamil — hingga 16 jam.
Selain itu, kafein dengan mudah memasuki aliran darah janin, dan janin memilikisangatsedikit aktivitas CYP1A2.
Meskipun efek merugikan yang serius pada janin yang disebabkan oleh asupan kafein ibu belum didokumentasikan, masalah ini belum dipelajari secara ekstensif. Secara umum, ibu hamil disarankan untuk membatasi atau menghindari kafein.