Halusinasi adalah ketika seseorang merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada di sana. Sebaliknya, itu diciptakan oleh pikiran. Tiga jenis utama halusinasi adalah halusinasi visual, pendengaran, dan halusinasi taktil (terkait dengan sentuhan), meskipun beberapa orang dapat mengalami halusinasi penciuman (terkait dengan penciuman) dan halusinasi (terkait dengan rasa).
Halusinasi memiliki banyak penyebab berbeda, termasuk gangguan psikotik seperti skizofrenia, kondisi medis seperti demensia, dan penyalahgunaan zat. Beberapa orang mengalami halusinasi terkait dengan tidur atau sakit kepala, sementara orang lain berhalusinasi dengan konten visual yang menakutkan atau menyenangkan.
Apa Penyebab Halusinasi?Peter Dazeley / Getty Images
Penyebab Psikiatri
Sejumlah kondisi kejiwaan diketahui menyebabkan halusinasi. Misalnya, 60% hingga 80% penderita skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran. Mereka mungkin juga mengalami halusinasi visual. Halusinasi ini cenderung bersifat surealis, melibatkan tubuh yang terputus, benda acak, atau karakter yang tidak dapat diidentifikasi.
Orang dengan gangguan bipolar juga dapat mengalami halusinasi selama episode manik, seperti halnya individu dengan depresi psikotik. Selama episode manik, di mana suasana hati seseorang meningkat, halusinasi mungkin melibatkan suara yang memperkuat suasana hati mereka yang optimis.
Pada individu yang depresi, halusinasi mereka sering dikaitkan dengan perasaan depresi mereka. Mereka dengan depresi dan tinnitus (telinga berdenging) mungkin mendengar suara-suara yang memperkuat self-talk negatif dan mendorong penurunan lebih lanjut dalam kesejahteraan mental. Gangguan Kepribadian Garis Batas (BPD) juga dapat berkontribusi pada halusinasi.
Penyebab Gangguan Penglihatan atau Pendengaran
Penglihatan dan gangguan pendengaran juga telah dikaitkan dengan halusinasi visual dan pendengaran. Orang dengan kehilangan penglihatan mungkin melihat penglihatan bayangan, yang dihasilkan dari otak yang menyesuaikan diri dengan kehilangan penglihatan. Pada seseorang yang kehilangan semua bagian penglihatannya, karena data visual tidak lagi melalui mata, otak mengisi kekosongan dan membuat gambar atau mengingat gambar yang disimpan untuk mereka lihat.
Kondisi ini dikenal sebagai sindrom Charles Bonnet, yang terjadi tanpa adanya kondisi mental. Apalagi, paling sering terjadi pada penderita penyakit makula, penyakit retinal, penyakit neuropatik, atau penyakit mata lainnya. Halusinasi bisa bergerak atau tetap diam, dan bisa muncul dalam warna hitam dan putih. Panjang halusinasi bisa berlangsung beberapa detik, menit, atau jam.
Pada 1760, Charles Bonnet pertama kali mendeskripsikan halusinasi visual pada pasien tanpa penyakit mental saat mendiskusikan kakeknya yang memiliki gangguan penglihatan. Kondisi tersebut kemudian dinamai Charles Bonnet Syndrome.
Demikian pula, orang dengan gangguan pendengaran telah terbukti mengalami halusinasi pendengaran, termasuk suara, musik, bel pintu, dan telepon. Halusinasi ini semakin parah saat pendengaran seseorang menurun. Halusinasi pendengaran dapat menjadi pendahulu gangguan pendengaran, jadi penting untuk berbicara dengan dokter Anda jika Anda mengalami gejala-gejala ini.
Penyebab Medis Lainnya
Sejumlah kondisi medis lain dapat menyebabkan halusinasi. Misalnya, migrain dapat menyebabkan seseorang melihat kilatan cahaya, lampu bergelombang, petir, atau titik yang mengaburkan penglihatan.
Halusinasi visual serupa juga telah dikaitkan dengan kejang oksipital, yaitu kejang di bagian otak yang mengontrol penglihatan. Mereka mungkin terkait dengan mual dan sakit kepala, yang membuatnya sulit untuk membedakannya dari migrain.
Gangguan stres pascatrauma (PTSD) juga dapat menyebabkan halusinasi yang bersifat pendengaran dan visual. Veteran tempur telah melaporkan mendengar suara atau tangisan minta tolong. Trauma akibat pelecehan seksual masa kanak-kanak juga meningkatkan risiko seseorang mengalami halusinasi.
Penelitian menunjukkan bahwa demensia, Parkinson, dan Alzheimer juga dikaitkan dengan halusinasi. Faktanya, halusinasi visual dominan dalam penyakit otak karena hal itu memengaruhi bagian otak yang bertanggung jawab atas dasar pemikiran dan penalaran.
Demam, terutama pada anak-anak dan orang tua, dan penyakit parah seperti gagal ginjal, gagal hati, HIV / AIDS, dan kanker otak juga dapat menyebabkan halusinasi.
Penyebab Terkait Zat
Penyalahgunaan zat dapat menyebabkan semua bentuk halusinasi. Zat psikoaktif, juga disebut psikedelik atau halusinogen, adalah kategori obat yang menyebabkan halusinasi visual.
Mereka memengaruhi cara seseorang memandang warna, bentuk, dan pergerakan objek dalam kenyataan. Halusinasi pendengaran juga bisa terjadi. Menelan amfetamin dapat memicu halusinasi taktil, di mana seseorang mungkin merasakan serangga atau benda hidup lainnya merayap di dalam dan di bawah kulit mereka.
Dalam kasus yang jarang terjadi, minum alkohol juga dapat menyebabkan halusinasi. Halusinasi alkoholik adalah suatu kondisi di mana orang dengan ketergantungan alkohol yang parah mengalami halusinasi pendengaran. Hal ini dapat terjadi selama atau setelah episode minuman keras. Gejala ini mungkin tetap ada setelah seseorang berhenti minum dan menjadi sadar.
Selain itu, peminum berat yang tiba-tiba berhenti minum alkohol dapat mengalami gejala putus zat alkohol yang parah. Gejala tersebut dapat berupa kejang, paranoia, dan halusinasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan kebingungan dan mudah tersinggung.